Kamis, 17 Desember 2009

cemburu?

maaf blog saya terlantar.

entah kenapa post saya selalu seperti ini: diawali dengan permintaan maaf karena menelantarkan blog. Dilanjutkan dengan janji akan sering2 update blog. Tapi akhirnya blog saya tetap telantar lagi...

Lagi pengen cerita aja. Nyampah. Pernah g sih waktu kalian kumpul-kumpul, lalu tiba-tiba orang-orang di sekitar kalian ngomongin hal yang nggak kalian tau. Hal-hal yang cuma mereka sendiri yang tau.
Kalau pernah, perasaan kalian gimana? sebel? bete?
Kok aku bukan itu, ya? Perasaanku malah jadi 'cemburu'.
Aneh...
Nggak asik....

Kamis, 14 Mei 2009

abis sakit

Hoihoihoi! Sudah lama tak menulis blog. Lama sekali. Sampai-sampai postingan terakhir yang berjudul update pun sudah tak update lagi. Aku nggak suka nulis panjang-panjang. Biasanya awalnya semangat terus lama-lama nggak. Akhirnya ending tulisanku pasti 'njegleg' banget. Tau-tau abis. hahahaha...

Kemaren-kemaren ini aku abis sakit. Demam plus batuk. Aku nggak suka pergi ke dokter. Soalnya biasanya kalo ke dokter dikasih obat lebih dari 2 macem. Minimal 3. Jadi aku minum panadol aja. Demamnya langsung turun, sih... Tapi dasar akunya bandel dan nggak bersahabat dengan obat-obatan, begitu demamnya turun aku langsung absen minum obat. Terus demamnya naik lagi. Hiks. Jadi selama 3 hari suhu tubuhku naik turun. Setelah minum obat, malemnya langsung banjir keringat dan panasnya turun. Paginya bangun dengan bau kecut dan badan dingin (pori2nya kerasa kebuka semua, jadi justru kedinginan) abis itu siangnya kuliah dan setelah pulang badannya panas lagi. Begitu seterusnya. Sampai akhirnya bapakku bener2 maksa aku pergi ke dokter. Apa daya, aku juga udah bosen sakit. Jadinya ke dokter dan dikasih 3 macam obat. Satu antibiotik, satu obat demam-batuk-dsb sama satu buat radang tenggorokan. And I'll tell you a little secret about me.
Saya nggak bisa nelen obat.
Ya, ya, ya. Memalukan, memang. Sudah sebesar ini dan nggak bisa nelen obat. Bahkan pake pisang pun nggak bisa. Jadi emang harus bener2 diancurin, atau kalau enggak aku kunyah dulu. But, Hey! You can't blame me! Rasulullah saw saja menganjurkan supaya makanan dikunyah 32 kali dulu sebelum ditelan. Sebenernya hal itu nggak masalah buat obat2 biasa macam panadol atau bodrex. Tapi ngancurin obat adalah hal terlarang buat obat-obat tertentu. Semacam obat yang biasanya warnanya putih, ukurannya agak gedhe, bagian luarnya agak licin dan keras banget kalo mau diancurin (ex: antibiotik sama obat demamku). Dan kamu tau kenapa obatnya keras banget? Bukan. Bukan buat melindungi si obat. Tapi buat melindungi kamu dari rasa pahit si obat. Sumpah! Pait minta ampun! Nggak lebay, soalnya aku sampe muntah (maaf nulis gini di blog, semoga nggak ada yang mbayangin). Dan setelah kumur dan gosok gigi berkali2 baru rasa paitnya ilang dari mulut. Akhirnya aku minta ganti obat. Yang sirup aja. Hehehhe.... tapi batukku belom sembuh, nih.,, demamnya udah. Batuk nggak enak, kalo mau ngomong dikit, bawannya mau batuk. Yah, jadi ada hikmahnya kali, ya? Menjaga ucapan. ^^;

Yasudah! besok lagi, ya!

Jumat, 06 Maret 2009

update

Wawawawawaa...

Aku udah lama banget gak posting. Terhitung udah sebulan nggak update. Hhehee... Malasnya aku.

Okok. Aku bingung mau posting apa, jadi aku update2 ringkas aja! Mari mulai!

1. Sudah tiga minggu menjalani kuliah semester 2. Dan aku masih di awang-awang. Academically. Maksudku, masih banyak mata kuliah yang aku nggak ngerti arah tujuannya kemana (sweat). Bener2 harus ngejar ketinggalan. Fiuhh!

2. Aku udah nemu spot enak buat ngabisin waktu di kampus. Rumahku kan jauh, jadi kalo ada jeda waktu 2 jam (atau bahkan 4 jam), aku males pulang dulu ke rumah. Akhirnya aku cuman bisa luntang-lantung di kampus. Dan spot baru ini bener2 jadi semacam menemukan harta karun. hehehe... bisa tidur di kampus, deh!

3. Akhir2 ini kebiasaan burukku semakin menjadi2. Kalo becanda suka keterlaluan. Hohoho. Nggak punya niat buruk apa pun. Tapi entah kenapa kalo lagi becanda ama temen2 tiba2 mulut ini seolah bicara dengan sendirinya (lebai). Keluarlah komentar2 sarkasme. Niatnya cuman buat becanda. Sejauh ini fine2 aja. Nggak ada temen yang mempermasalahkan (at least di depanku). Tapi kayaknya kebiasaanku ini harus segera dikontrol. Sebelum aku jadi ketagihan. Hahahaha.

4. Pak Hidayat Nur Wahid nyaleg di daerahku dan kayaknya besok aku mau milih dia. Terus terang banget, ya? Mengkhianati salah satu azas LUBER; rahasia. Biarin. Eh, betewe pak hidayat itu tetanggaku, lho! Cuman beda desa. (Info yang apaan banget)

5. Errr...... apaan lagi, ya? Besok lagi aja deh! sekarang cuman mau update doang.

6. Dagh!

Jumat, 30 Januari 2009

Menyesal part 2

Tenang! Tenang! Kali ini saia nggak akan meraung-raung, kok! Jadi silakan lanjutkan membacanya! ^^

Sebagai mahasiswi baru yang baru pertama kali mendapat IP, tidaklah berlebihan kalau saia mau posting tentang hal ini. Sebenernya masih kurang nilai satu mata kuliah lagi, sih. Tapi dari nilai yang udah ada, bisa dikira-kiralah, ip-ku nantinya sekitar berapa. Kira-kira x,xx (malesi banget, sok rahasia). Intinya, buat-ku, ip segitu nggak malu-maluin. Tapi nggak bisa dibanggain juga. Buatku, lho! Tapi Alhamdulillah banget bisa dapet segitu! Soalnya aku ngiranya bakalan bener-bener dapet <3. Hhehe,, kekhawatiran mahasiswi amatir.
Karena itu, saia ucapkan terimakasih sebesar-besarnya bagi teman-teman yang sudah mendo'akan saia dan saia juga minta maav karena selama ini telah 'nggriseni' kalian dengan raungan-raungan saia.

Aku merasa Allah tuh sayang banget sama aku. Selama dua belas setengah tahun ini, aku sering mendapat melebihi apa yang aku usahakan. Sering juga yang aku dapatkan melebihi apa yang didapatkan orang lain, meskipun usaha orang lain itu lebih besar daripada usahaku. Mungkin ini yang namanya karunia Allah.

Sekaligus juga cobaan.

Ya. Semua itu membuat aku 'terlena'. Selama ini aku jadi orang yang malas. Tidak mau berusaha sepenuh hati. Tidak mau berusaha terlalu keras. Karena, toh, selama ini aku masih bisa 'bertahan' dengan usahaku yang setengah hati itu. Dan itu sudah terjadi selama dua belas setengah tahun. Sudah mengerak.

Tapi aku sekarang sadar. Aku sudah menyia-nyiakan waktuku. Kemalasan mangalahkan ambisi. Seharusnya aku bisa labih baik dari aku yang sekarang. Seharusnya. Dan sekarang aku menyesal. Menyesal.

Di postinganku sebelumnya yang judulnya Menyesal, aku nyadur dan ngubah-ngubah (atau ngancurin, ya?^^;) puisi karya Ali Hasjmi. Puisi yang paling sering muncul di soal-soal latihan ujian bahasa Indonesiaku dulu. Di situ ditulis "Akh, apa gunanya kusesalkan? Menyesal tua tiada guna"

Nggak. Ternyata itu salah. Menyesal justru sangat berguna.

"Penyesalan adalah perasaan yang bisa memberikan kita kekuatan untuk tidak melakukan hal yang bisa membuat kita menyesal lagi."

Semakin dalam penyesalan kita. Semakin besar motivasi kita untuk berubah. Semakin besar niat kita untuk memperbaikinya.
Selami rasa penyesalan itu. Tetapi jangan tenggelam di dalamnya.

Aku nggak tahu apakah penyesalanku kini sudah cukup untuk membuatku berubah, apakah sudah cukup membuatku konsisten dengan kata-kataku di atas. Aku juga punya 'penyakit' angin-anginan, soalnya.
Minta do'anya, ya?! Dan jangan lupa ingatkan saia, ketika saia mulai malas-malasan lagi. \(^.^)/

Senin, 26 Januari 2009

Why you can’t kill humans?

"Why you can’t kill humans?

People kill lots of other species. Is that justice?

Is it because we can’t communicate with them?

Because they have such small intelligence?

Is it alright to kill a species with low intelligence that we can’t communicate with?"


"No..."


"But, even now you have been stealing the lives of other species.

Eating meat, eating vegetables, contaminating the forests, and contaminating the oceans.

You’ve been stealing the lives of others.

Is it because humans are superior?

Any species kills another to eat in order to survive.

But humans are different.

When they feel that it’s inconvenient, they kill a species or even their own kind."


"Not everyone is like that!"


"That’s true.

But for the ones that eren’t like that, killing any living things is also true.

Well, with that known, why is it that we can’t kill humans?

It is because humans are stronger than any other species.

Is it alright for an even stronger species to kill humans?"


"No…"


"I will not accept “no” as your answer.

I’ll ask again. Why can’t we kill humans?"


"..."

------------------------


Wawawawawawa....
Sedang terkagum-kagum dengan anime X-nya Clamp!!! Itu tadi salah satu potongan dialog yang, menurutku, paling keren! Kenapa? karena waktu si tokoh (Satsuki) menanyakan hal itu, aku ikutan mikir...
Dan aku cuman bisa mikir jawaban oversimplified macam "Karena dilarang agama." Dan jawaban itu nggak akan memuaskan orang yang nggak beragama (Dan Satsuki nggak beragama).
Lalu jawaban lain muncul: "Karena dilarang sama hukum." Sayangnya jawaban itu bisa disangkal dengan "Bukankah hukum dibuat oleh manusia sendiri? Bukankah itu menunjukkan keegoisan manusia atas makhluk hidup lain?"
Mungkin juga ada jawaban "Karena seluruh bumi dan isinya diciptakan untuk kepentingan manusia." Tapi itu lagi-lagi bisa disangkal dengan "Manusia membunuh bukan hanya demi kepentingannya untuk bertahan hidup. Tapi juga demi memuaskan keserakahannya."
Lalu kepikiran (banyak) jawaban lain-lain lagi. Sayangnya nggak nemu jawaban yang bisa bener-bener bikin puas orang-orang macam Satsuki...
Hingga beberapa menit kemudian, seiring dengan berjalannya episode itu,...


"There is a moralistic answer. An idealistic answer. Or even a biological answer.

It’s possible to come up with many different answers, but whichever one you choose, it’s not perfect.

What do you think, Yuuto?"


"Can’t say…

Maybe…

Because sad people do exist."


Hwaaaa...... Sangat kerennn... X sangat keren... Tontonlah! Tontonlah!!! Hahahaha...

Kamis, 15 Januari 2009

Review Perempuan Berkalung Sorban

Sebelumnya, aku peringatkan terlebih dahulu. Postingan ini akan berisi banyak spoiler. Namanya juga review, bukan resensi. :D. Jadi kalo niat nonton, mending jangan baca dulu review ini. Tapi kalo nggak niat silakan dilanjut!

Kemaren aku ngidam banget nonton film ini. Kenapa ngidam? Bukan! Bukan karena sutradaranya Hanung Bramantyo. Bukan karena pernah baca novelnya. Bukan pula karena aku lagi hamil (nggak lahh!!). Tapi karena posternya keren banget!! Hohoho... Alasan yang terlalu simpel memang, tapi ini salah satu bukti bahwa iklan memang bisa meningkatkan sifat konsumtif.

Yasudah. Mari mulai!

Garis besar:
Film ini bercerita tentang seorang muslimah bernama Annisa. Dia hidup di lingkungan Islam yang amat sangat konservatif dan penuh kekangan. Padahal Annisa mempunyai pemikiran-pemikiran yang sangat bebas. Suatu hari dia kabur dari pesantren. Dia kabur ke tengah kota. Di sana dia melihat suatu konser band besar. Konser Nidji. Yak! Dia amat terkesan dengan Nidji. Sejak saat itu dia memutuskan untuk menjadi Nidjiholic dan selalu mamakai sorban (sebagai ganti kefyeh yang sering dipakai Giring) ke mana-mana. Tamat.

Maaf! Maaf! Saia sedang terkena jayus syndrome.

Ini seriusnya:
Film ini bercerita tentang perjalanan hidup Annisa (Revalina S. Temat), seorang anak kyai, yang besar di pesantren dan lingkungan yang amat sangat konservatif. Di lingkungan itu, perempuan (bisa dibilang) didiskriminasi. Nggak boleh ini, nggak boleh itu. Harus ini, harus itu. Padahal Annisa punya jiwa pemberontak dan pemikiran-pemikiran yang bebas.
Sejak kecil, Nisa sudah ada rasa sama pamannya sendiri (tapi nggak sedarah). Namanya Chudori (Oka Antara). Sayangnya Chudori tiba-tiba pergi ke Kairo untuk kuliah.
Lalu hidup Nisa dilalui dengan cobaan silih berganti.

-------habis ini spoiler abis!-------

Nisa menikah dengan Syamsudin. Anak kyai yang ternyata bengal banget. Punya ilmu agama, tapi tingkahnya bener2 keterlaluan. Dia suka mukulin Nisa dan memperkosa Nisa (memperkosa dalam pernikahan tuh istilahnya apa, ya? Pernah dibahas di Oprah, pokoknya). Ditambah lagi suaminya ini ternyata punya istri baru. Istri barunya nggak jahat, sih! Tapi si Syamsudin jadi makin nyio-nyio (menyia-nyiakan) Nisa. Nisa beberapa kali minta cerai. Tapi nggak pernah ditanggapi serius. Cuma ditanggapi dengan kata-kata ”Astaghfirullah! Istighfar, Nis!” dari orang-orang di sekitarnya.
Sampai suatu ketika....
Chudori pulang.
Nisa udah bener-bener nggak tahan sama suaminya. Lalu ketika dia sama Chudori bertemu di kandang kuda, Nisa nggerung2 (meraung-raung). Puncak dari kemarahan dan kekecewaan yang dipendam. ”Zinai aku, Lik (Paklik, Paman)! Agar mereka mau mengusir aku! Agar aku bisa bebas!”. (-Sebenarnya adegan ini berpotensi sangat emosional, tapi sayang, nggak dikasih backsound. Jadi kurang berasa.-) Untungnya Chudori mampu menenangkan Nisa dengan berjanji kan menikahinya setelah urusannya dengan suaminya selesai-). Dededeng! Habis itu pintu terbuka. Mereka ketahuan sama suaminya Nisa dan dituduh zina. Hukumannya apa? Tentu saja dirajam. Matilah mereka berdua. Tamat.

Eh, belom tamat deng!

Pas adegan rajam rajaman itu ada penyelamat datang! Siapakah itu?? Silahkan tonton sendiri!^_^
Pas kejadian itu aku kira dah klimaks dan mau tamat. Tapi ternyata masih ada lagi. Masih panjang! Kehidupan Nisa berlanjut dengan kemandiriaanya kuliah di jogja, lalu pertemuan, lalu rumah tangga yang kedua (dan lebih bahagia), hubungan dengan keluarganya, lalu tentang sebuah kehilangan, lalu keinginannya mengubah pesantren agar tidak lagi mendiskriminasi perempuan. Lengkapnya lihat sendiri!

Komentar:

Plus:
Secara keseluruhan, ceritanya sangat berisi. Lebih berisi dibanding AAC. Juga penuh dengan pesan-pesan bijak. Banyak adegan yang potentionally emotional. Dan kadang ketawa sendiri nonton Chudori sama Anisa setelah Anisa cerai. Beberapa adegan bikin kita terkejut (tapi bukan yang over-shocked gitu) karena ada tokoh yang melakukan tindakan2 yang nggak kita duga sebelumnya. Ada juga kejutan kecil kemunculan cameo. Hmmm,, siapa coba?! Oh iya, buat yang (dulu) suka nonton Den Baguse Ngarso sama Obrolan Angkringan di TVRI Jogja, ada tokohnya yang jadi figuran juga! Medhok tenan!

Minus:
Kalau dilihat dari pembangunan emosi penonton, film ini kurang. Di film ini Annisa kan mengalami banyak fase. Di tiap fase itu ada klimaksnya sendiri-sendiri. Karena itu emosi penonton jadi naik-turun-naik-turun. Ketika penonton sudah merasa ‘inilah klimaksnya!’, dan ’Inilah penyelesaiannya!’, tau-tau ceritanya masih ada. Dan dimulai dari mood yang tenang lagi. Ini terjadi berulang-ulang dan karena itu lama-lama malah jadi terbiasa dan berasa flat. Sayang. Selain itu, bintangnya nggak terlalu charming (nggak kayak Twilight, huweee...). Reva cantek, sih,, tapi dia kan perempuan! Trus di akhir filmnya masih ada satu masalah yang menurutku belum terselesaikan. Hutang kakaknya Annisa sama Syamsudin belom dibayar! Hoh! Apa karena durasinya nggak cukup?! Apa karena masalah itu dianggap tidak penting untuk diselesaikan?! Atau karena filmmakernya lupa?! Hoh! Tetep aja aneh!

Intinya:
Hmmm... kalo aku sih nggak nyesel nonton film ini. Tapi kayaknya kalo nggak nonton juga nggak nyesel. Hahahahhaha!! Jadi terserahlah mau nonton atau nggak! Saia tidak mau menyarankan apapun!