aku X pematang sawah X lorong

Menanggapi postinganq sendiri yang lalu...
Saat ini aku tuh masih kayak orang yang sedang berjalan di pematang sawah di malam hari sambil memegang sebuah senter. Aku lebih sering mengarahkan senterku ke bawah. Ke arah jalan yang sebentar lagi akan aku pijak. Hanya agar aku tidak jatuh ke parit di sampingku. Aku jarang mengarahkan senterku ke depan, ke arah tujuan perjalananku. Kalau pun senternya kuarahkan ke depan, cahayanya hanya mampu memberikan pandangan yang redup. Karena itu, kadang aku mengambil jalan memutar, bahkan tak terarah.
Kayak aku, aku sekarang ini masih cuman mikirin hal2 yang aku hadapi sekarang. Cuman mikirin (paling jauh) rencanaku semester ini. Kadang aku juga mikirin masa depan, tapi visiku tentang masa depan masih kabur. Aku belum bener2 nentuin jalan hidupku (misalnya untuk) 10 tahun ke depan. Karena aku tipe orang yang berjalan di pematang sawah di malam hari sambil memegang sebuah senter.
Aku masih belum jadi orang yang berjalan di sebuah lorong panjang sambil memegang sebuah senter. Di mana di ujung lorong itu ada sebuah cahaya terang. Cahaya yang selalu jadi arah perjalanannya. Walaupun senternya sangat redup, dan dia berulang kali menabrak dinding atau terjatuh, dia bisa segera bangun dan berjalan lagi. Karena ada cahaya di ujung lorong yang selalu jadi penunjuk arahnya. Cahaya yang ingin dicapainya.
Hhhh..,, susah juga jadi manusia sejati, ya? Tapi paling nggak sekarang aku udah sampai ke tahap mengenal diri sendiri. Tahap selanjutnya : berubah.