Sebelumnya, aku peringatkan terlebih dahulu. Postingan ini akan berisi banyak spoiler. Namanya juga review, bukan resensi. :D. Jadi kalo niat nonton, mending jangan baca dulu review ini. Tapi kalo nggak niat silakan dilanjut!
Kemaren aku ngidam banget nonton film ini. Kenapa ngidam? Bukan! Bukan karena sutradaranya Hanung Bramantyo. Bukan karena pernah baca novelnya. Bukan pula karena aku lagi hamil (nggak lahh!!). Tapi karena posternya keren banget!! Hohoho... Alasan yang terlalu simpel memang, tapi ini salah satu bukti bahwa iklan memang bisa meningkatkan sifat konsumtif.
Yasudah. Mari mulai!
Garis besar:
Film ini bercerita tentang seorang muslimah bernama Annisa. Dia hidup di lingkungan Islam yang amat sangat konservatif dan penuh kekangan. Padahal Annisa mempunyai pemikiran-pemikiran yang sangat bebas. Suatu hari dia kabur dari pesantren. Dia kabur ke tengah kota. Di sana dia melihat suatu konser band besar. Konser Nidji. Yak! Dia amat terkesan dengan Nidji. Sejak saat itu dia memutuskan untuk menjadi Nidjiholic dan selalu mamakai sorban (sebagai ganti kefyeh yang sering dipakai Giring) ke mana-mana. Tamat.
Maaf! Maaf! Saia sedang terkena jayus syndrome.
Ini seriusnya:
Film ini bercerita tentang perjalanan hidup Annisa (Revalina S. Temat), seorang anak kyai, yang besar di pesantren dan lingkungan yang amat sangat konservatif. Di lingkungan itu, perempuan (bisa dibilang) didiskriminasi. Nggak boleh ini, nggak boleh itu. Harus ini, harus itu. Padahal Annisa punya jiwa pemberontak dan pemikiran-pemikiran yang bebas.
Sejak kecil, Nisa sudah ada rasa sama pamannya sendiri (tapi nggak sedarah). Namanya Chudori (Oka Antara). Sayangnya Chudori tiba-tiba pergi ke Kairo untuk kuliah.
Lalu hidup Nisa dilalui dengan cobaan silih berganti.
-------habis ini spoiler abis!-------
Nisa menikah dengan Syamsudin. Anak kyai yang ternyata bengal banget. Punya ilmu agama, tapi tingkahnya bener2 keterlaluan. Dia suka mukulin Nisa dan memperkosa Nisa (memperkosa dalam pernikahan tuh istilahnya apa, ya? Pernah dibahas di Oprah, pokoknya). Ditambah lagi suaminya ini ternyata punya istri baru. Istri barunya nggak jahat, sih! Tapi si Syamsudin jadi makin nyio-nyio (menyia-nyiakan) Nisa. Nisa beberapa kali minta cerai. Tapi nggak pernah ditanggapi serius. Cuma ditanggapi dengan kata-kata ”Astaghfirullah! Istighfar, Nis!” dari orang-orang di sekitarnya.
Sampai suatu ketika....
Chudori pulang.
Nisa udah bener-bener nggak tahan sama suaminya. Lalu ketika dia sama Chudori bertemu di kandang kuda, Nisa nggerung2 (meraung-raung). Puncak dari kemarahan dan kekecewaan yang dipendam. ”Zinai aku, Lik (Paklik, Paman)! Agar mereka mau mengusir aku! Agar aku bisa bebas!”. (-Sebenarnya adegan ini berpotensi sangat emosional, tapi sayang, nggak dikasih backsound. Jadi kurang berasa.-) Untungnya Chudori mampu menenangkan Nisa dengan berjanji kan menikahinya setelah urusannya dengan suaminya selesai-). Dededeng! Habis itu pintu terbuka. Mereka ketahuan sama suaminya Nisa dan dituduh zina. Hukumannya apa? Tentu saja dirajam. Matilah mereka berdua. Tamat.
Eh, belom tamat deng!
Pas adegan rajam rajaman itu ada penyelamat datang! Siapakah itu?? Silahkan tonton sendiri!^_^
Pas kejadian itu aku kira dah klimaks dan mau tamat. Tapi ternyata masih ada lagi. Masih panjang! Kehidupan Nisa berlanjut dengan kemandiriaanya kuliah di jogja, lalu pertemuan, lalu rumah tangga yang kedua (dan lebih bahagia), hubungan dengan keluarganya, lalu tentang sebuah kehilangan, lalu keinginannya mengubah pesantren agar tidak lagi mendiskriminasi perempuan. Lengkapnya lihat sendiri!
Komentar:
Plus:
Secara keseluruhan, ceritanya sangat berisi. Lebih berisi dibanding AAC. Juga penuh dengan pesan-pesan bijak. Banyak adegan yang potentionally emotional. Dan kadang ketawa sendiri nonton Chudori sama Anisa setelah Anisa cerai. Beberapa adegan bikin kita terkejut (tapi bukan yang over-shocked gitu) karena ada tokoh yang melakukan tindakan2 yang nggak kita duga sebelumnya. Ada juga kejutan kecil kemunculan cameo. Hmmm,, siapa coba?! Oh iya, buat yang (dulu) suka nonton Den Baguse Ngarso sama Obrolan Angkringan di TVRI Jogja, ada tokohnya yang jadi figuran juga! Medhok tenan!
Minus:
Kalau dilihat dari pembangunan emosi penonton, film ini kurang. Di film ini Annisa kan mengalami banyak fase. Di tiap fase itu ada klimaksnya sendiri-sendiri. Karena itu emosi penonton jadi naik-turun-naik-turun. Ketika penonton sudah merasa ‘inilah klimaksnya!’, dan ’Inilah penyelesaiannya!’, tau-tau ceritanya masih ada. Dan dimulai dari mood yang tenang lagi. Ini terjadi berulang-ulang dan karena itu lama-lama malah jadi terbiasa dan berasa flat. Sayang. Selain itu, bintangnya nggak terlalu charming (nggak kayak Twilight, huweee...). Reva cantek, sih,, tapi dia kan perempuan! Trus di akhir filmnya masih ada satu masalah yang menurutku belum terselesaikan. Hutang kakaknya Annisa sama Syamsudin belom dibayar! Hoh! Apa karena durasinya nggak cukup?! Apa karena masalah itu dianggap tidak penting untuk diselesaikan?! Atau karena filmmakernya lupa?! Hoh! Tetep aja aneh!
Intinya:
Hmmm... kalo aku sih nggak nyesel nonton film ini. Tapi kayaknya kalo nggak nonton juga nggak nyesel. Hahahahhaha!! Jadi terserahlah mau nonton atau nggak! Saia tidak mau menyarankan apapun!
Berita Gembira! Rumahindik sekarang pindah ke Rumahindy.com!
2 tahun yang lalu
11 komentar:
ohh gitu to mbah
ga spoiler ko, jadi pengen nonton
hihiii
tapi sumpahh, takkira ada nisa nonton nidji beneran,
sialan! aku sempat tertipu. ha? njuk dadi nidjiholic ok pie. hahahahahaha
ngga mau baca ngga mau baca
kapan review "Setan budeg"?
hahahaahaha
Cihuy!! PBS!! Ahahahah.
Masih kena sindrom 3 doa 3 cinta kih..
Hamil???
Kok aku gag dongg maksudnya???
Aduh, film yang pembangunan emosinya jelek dan naek turun gitu malah bikin kesel penonton. Maless ih...
tapi btw, aku juga sempet ketipu,, Anisa jadi nidjiholic trus tamat. That's insane, sis!
@mia : hahahha,, karanganku itu masuk akal, ya? ampe ketipu gitu. kehkehkeh... Iya, nonton aja!(katanya nggak mau menyarankan, piye sih, Riz?)
@kin2 : nggak mau baca? emang kamu mau nonton po? katanya nggak suka Reva.
@Mas Damma : Astaghfirullah! Setan budheg yang Dewi Persik dan Saipul Jamil itu? Mmmm,, akan saia tampung ide anda.*gubrak
@Ria : emang 3 doa 3 cinta sejelek apa, sih gel? Malah jadi penasaran, aku!
@Indik : Oohh,, hamil itu salah satu akibat dari kejayusanku yang lagi kumat. Nggak usah dipikirin.
Iya! Itu kelemahan utamanya, ndik! Mungkin karena alur cerita novelnya kayak gitu, kalik! Jadi emang harus naek turun.
wuoh
tiwas
aku juga tertipu
padahal aku wis arep nonton kalo jebule critanya dia cewek nijiholik..
yah, ga jadi nonton deh
jadi pengen nonton..
heh simbah! 3 doa 3 cinta tu ngga jelek! tapi GOBLOK! hahaha. kita perlu tonton bersama kalo dvd nya dah keluar besok hihihi
pingin nonton..tapi tak da duid..tanggal tua..hikz...T_T...
nambahin aja kekurangan tuh film:
MAKNA CERITANYA APA??
kalo tu film pengen gambarin kalo dunia pesantren tu kolot dsb tu fitnah bannget,,
emanng beberapa pesantren kayak gitu tapi satu bukan berarti semua kan??
kalo tu film pengen njelasin tentang dunia ISLAM sesungguhnya (terutama pengaruhnya terhadap wanita) itu juga aneh, solanya lebih banyak statemen dalam film itu yang menjelekkan ISLAM (dan parahnya statemen itu tidak diluruskan dalam film itu)
mungkin bagi orang yang sudah tahu tentang ISLAM si gag masalah (mereka bahkan mungkin akan tertawa melihat dalil2 dan alasan2 yang dibuat2) lha kalo yang nonton tu gag ngerti ISLAM n nganggep dalil2 dan alasan2 (statemen2 yang menjelek2kan ISLAM) itu beneran gimana coba??
sanma satu lagi, klimaksnya agak aneh,,
karena saya menangkapnya cerita ini berkisah tentang seseorang wanita yang melawan mitos2 tidak benar seputar ISLAM mengapa endingnya cuma dibolehin ndiriin perpus??
gagtaw juga ding,,
de gustibus non dispuntandum,,
(selera tidak dapat diperdebatkan)
kalo sebagian orang menyukai film ini ya hak mereka toh selera masing2 berbeda,,
Posting Komentar
Makan permen sisa kemaren,,
Orang keren pasti ngomen!!!